Kelompok Usaha Saraswanti, melalui salah satu anak perusahaannya di Divisi Pupuk, PT Anugerah Pupuk Makmur (APM), segera memulai pembangunan pabrik pupuk NPK di Sampit, Kotawaringin, Kalimantan Tengah (Kalteng). Pabrik tersebut ditargetkan memiliki kapasitas 100 ribu ton per tahun untuk satu line dengan nilai investasi US$ 12 juta. Pabrik baru itu akan beroperasi dan memasok kebutuhan pupuk NPK di Kalteng pada April 2016.
Di sela-sela acara peletakan batu pertama pabrik PT. APM tanggal 11 Februari lalu, CEO Kelompok Usaha Saraswanti Hari Hardono menyampaikan bahwa pabrik NPK di Kalteng ini merupakan pabrik ketiga setelah pabrik di Mojokerto dan Medan yang sudah lebih dulu dioperasikan. Pembangunan pabrik ini merupakan upaya Divisi Pupuk Kelompok Usaha Saraswanti untuk mendekati pasar yang ada sehingga diperoleh efisiensi dan sekaligus bisa menambah suplai bagi kebutuhan pupuk NPK terutama di Kalteng.
Selama ini, PT. APM memasok kebutuhan pupuk NPK untuk sektor perkebunan kelapa sawit atau karet di Kalteng dari pabrik NPK di Mojokerto di Jawa Timur dan pabrik NPK di Medan dengan rata-rata pasokan sebanyak 80 ribu ton per tahun. Namun demikian, biaya logistik atas pengiriman pupuk dari Pulau Jawa atau Sumatera ke Kalimantan itu ternyata kurang efisien karena mencapai 10-25{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab} dari biaya produksi.
Dengan beroperasinya pabrik NPK baru di Kalteng tersebut, biaya logistik pengiriman pupuk bisa dikurangi 5{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab}. Pengurangan biaya ini tentu akan membuat produk pupuk Kelompok Usaha Saraswanti bisa kompetitif terutama dengan produk pupuk NPK impor di samping suplai kami juga akan bertambah.
Sebagai gambaran, Hari Hardono menjelaskan bahwa selisih biaya pengiriman pupuk yang dikirim dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya di Jawa Timur, dengan pupuk yang dikirim dari Pelabuhan Port Klang Malaysia dengan tujuan sama ke Kalteng bisa mencapai US$ 5 dolar per metrik ton. Hal ini disebabkan karena biaya pengiriman pupuk dari Tanjung Perak Surabaya sebesar US$ 25 per metrik ton, sedangkan dari Pelabuhan Port Klang Malaysia sebesar US$ 20 per metrik ton.
Berbeda dengan pabrik NPK di Medan dan Mojokerto yang hanya memiliki dua line, pabrik NPK di Kalteng dirancang untuk tiga line, sehingga berpeluang untuk pengembangan kapasitas produksi yang lebih besar. Namun saat ini baru satu line yang dibangun dengan kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun. Itupun utilitasnya akan dilakukan secara bertahap, tahun pertama 40-50{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab}, tahun kedua 70{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab}, dan tahun ketiga 80{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab}. Hampir 80-90{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab} pupuk yang dihasilkan pabrik ini untuk memenuhi kebutuhan pupuk di Kalteng dan selebihnya bisa untuk Kalimantan Barat atau Sulawesi.
Direktur Utama APM H. Yahya Taufik ikut menambahkan, bahwa kebutuhan pupuk NPK di Kalteng terus mengalami pertumbuhan sekitar 8{009deef3dd813e0e62dc464b3875c6c80aa7291ae977262b9dbcc778b8c7f0ab} per tahun. Saat ini, kebutuhannya mencapai 1 juta ton per tahun seiring pengembangan sektor perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, oleh sejumlah perusahaan di wilayah tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, selain pupuk NPK dalam negeri, sektor perkebunan juga menyerap pupuk NPK impor dari Malaysia, Taiwan, dan Jerman.
Selain itu, dari total kebutuhan sekitar 1,1 juta ton per tahun tersebut, PT. APM hanya mampu menyuplai sekitar 80 ribu ton per tahun. Kebutuhan yang cukup tinggi ini menjadi alasan kuat kami membangun pabrik NPK di Kalteng yang ditargetkan sudah bisa dioperasikan pada April 2016.