Selama ini produksi pupuk NPK lokal baru memenuhi kebutuhan sebesar 75 persen, baik dari pabrik dalam negeri baik BUMN, swasta maupun PMA. Dan sisanya masih impor. Saat ini kebutuhan pupuk NPK nasional sekitar 6,8 juta ton dan akan melonjak menjadi 7,6 juta ton pada tahun 2014 nanti. Distribusi pupuk NPK lebih banyak diserap untuk perkebunan besar di luar Jawa terutama di Kalimantan dan Sumatera seperti kebun kelapa sawit, karet, kakao, kopi.
Sementara di Jawa banyak untuk kebun tebu. Konsumsi terbesar diserap kebun sawit 40 persen. Sementara tebu dan karet masing-masing 20 persen. Sisanya untuk kopi dan kakao.
Kebutuhan pupuk NPK yang cukup besar membuat Saraswanti Group mengembangkan produksinya dengan mengoperasikan pabriknya ke IV di Mojosari, Mojokerto dengan investasi Rp 110 miliar.
Menurut Dahlan Iskan, Meneg BUMN, perusahaan pupuk swasta nasional perlu menjalin sinergi dengan kelompok industri BUMN. Penetrasi perusahaan swasta nasional untuk mendongkrak produksi perlu mendapat dukungan. Agar pertumbuhan luas lahan perkebunan tetap sejalan dengan peningkatan produksi pupuk. Produksi pupuk NPK Saraswanti Group merupakan yang terbesar di Indonesia, kata Dahlan Iskan.
Direktur Pengembangan Saraswanti Group, Edi Premono menambahkan, pabrik tahap IV ini memiliki kapasitas produksi 150 ribu ton per tahun. Dengan demikian, dari empat pabriknya yang ada di Palembang, Medan dan Mojokerto memiliki total produksi 370 ribu ton per tahun. Pihaknya akan terus memacu kapasitasnya dengan membangun tiga pabrik baru lagi di Medan, Palembang dan Kalimantan Tengah pada awal tahun 2013.
Pengembangan itu harus dilakukan. Selain untuk memperkecil defisit pupuk NPK juga untuk mendekati pasar. Sebab, biaya transportasi untuk distribusi mencapa 15 persen dari total biaya. Kebutuhan investasi pengembangan sekitar Rp 240 miliar. Dengan begitu tahun 2014 kapasitas produksi kami mencapai 710 ribu ton per tahun, kata Edi Premono. an’
Dikutip dari Surabaya Pagi